Gemericik air yang turun menghadirkan angan yang melukis senyummu. Kala itu.

Jumat, 21 April 2017

Pilu

Nyanyian rintik hujan sedang membasahi bumi,
memeluk tanah yang gersang.
Rintik hujan yang turun hanyalah sebagian kecil dari asa yang kurasa.
Asa ini berubah menjadi pilu ketika digelanyut oleh rindu.
Rindu yang berlabuh menjadi satu.
Rindu yang kian lama menusuk, membuat empu hati ini kusut.
Hanyalah temu yang bisa mencairkan itu.

Senin, 06 Maret 2017

Risalah

Coba tanya hatimu sekali lagi sebelum engkau benar – benar pergi.
Masihkah ada aku di dalamnya?

Membuatmu tersenyum, walau tak pernah berbalas.
Bahagiamu juga bahagiaku.
Saat kau terlalu rapuh, pundak siapa yang tersandar?
Tangan siapa yang tak melepas?
Bahkan saat kau memilih, aku pun tersenyum.
Meskipun itu bukan aku.

Dari kejauhan aku melihatmu,
Sepertinya kamu baik – baik saja.

Akupun demikian. Akupun demikian.... 

Rabu, 18 Januari 2017

Apabila Kamu Tersesat

Lagi... Aku menemukanmu berada di tempatmu.
Namun yang aku tau itu bukan kamu.
Kamu seperti sosok lain yang begitu asing di pandanganku.
Begitu jauh.
Layaknya kamu mencoba untuk menjadi sosok yang berbeda.

Kamu... Sebisa mungkin berbahagialah dengan cara apapun.
Jangan sampai dunia yang begitu menyulitkanmu ini bisa mengalahkan senyuman yang seharusnya mengembang di sudut bibirmu itu.
Carilah hati yang dapat membantumu untuk mengepakkan sayapmu.
Carilah...
Namun, apabila kamu tak tahu arah, kembalilah padaku.
Carilah aku.

Kamu... Masih ingatkah ketika kamu berkeluh kepadaku tentang dunia yang sangat jahat ini?
Tentang tidak ada satupun yang berpihak kepadamu?
Aku... Aku di belakangmu.
Apabila dunia bahkan semesta sekalipun tidak mendukung keberadaanmu, carilah aku kapanpun kamu mau.
Akan ada tangan hangatku yang siap tuk menggenggam tangan dinginmu.
Membuatmu nyaman dan merasa hidup kembali.
Berkeluhlah kepadaku sampai noda - noda di hatimu tak lagi ada.
Ceritakanlah apa yang membuatmu bersedih, dan aku akan memegang tanganmu dan berkata, "tenang saja, aku ada di dekatmu."

#bahasahujan

Senin, 02 Januari 2017

Aku Bukan Inginmu

Kata yang paling tepat untuk menuliskan rasa yang sangat dirasakan adalah diam.
Rasa yang begitu samar.
Begitu pedih aku kira.
Aku tau bahwa aku bukan seperti apa yang kau minta.
Aku tidak masuk dalam daftar standar yang telah kau tetapkan.

Pergilah sejauh mungkin.
Carilah sesosok hati yang bisa membuatmu merasa hidup.
Kasih, aku membiarkanmu terbang sampai kau temukan langit tertinggi.
Yang tidak pernah kau temukan pada diriku.
Sebab aku bukanlah langit.
Aku hanyalah sebongkah tanah yang bisa membuatmu menapakkan kaki dengan ringan.

Kasihku, cobalah sejenak menoleh ke belakang.
Akan ada seseorang yang menyambutmu dengan senyuman hangat dan pelukan yang membuatmu nyaman.
Seseorang itu adalah, aku..


Minggu, 13 November 2016

Sediaan Obat Bentuk (SOB) Padat



SEDIAAN OBAT BENTUK PADAT

1.      SERBUK
Serbuk dibagi menjadi 2 yaitu pulvis dan pulveres. Menurut FI III serbuk adalah campuran homogen dari dua atau lebih obat yang diserbukkan. Menurut FI IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral maupun topikal. secara kimia-fisika serbuk mempunyai ukuran antara 10.000- 0,1 mikrometer.

Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Serbuk
Kelebihan:
- Obat lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair terutama obat yang rentan rusak oleh air
- Jika dibandingkan sediaan padat lainnya, serbuk lebih cepat diabsorpsi
- Dapat membantu untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul
- Dibuat untuk zat aktif yang memiliki volume yang sangat besar.
- Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si penderita


Kelemahan:
- Mudah lembab selama penyimpanan
- Rasa yang tidak tertutupi mengakibatkan rasa yang tidak enak

Syarat syarat Serbuk
“Bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering, halus dan homogen”
1. Pulveres (serbuk bagi)
Keseragaman bobot : Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi rata rata. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata rata tidak tebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak tebih dari 10% tiap 18 bungkus.
2. Serbuk Oral Tidak Terbagi
Pada serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu, sehingga pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain
3. Serbuk Tabur
Pada umumnya serbuk harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.

B. Derajat Halus Serbuk dan Pengayak
Derajat halus serbuk dan pengayak dalam farmakope dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk pengukuran derajat halus serbuk untuk sebagian buat keperluan farmasi (walaupun penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel) yang bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk pengukuran partikel dengan ukuran nominal kurang dari 100 mesh, alat lain selain pengayak mungkin lebih berguna.

No. Pengayak
Sangat Kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah Kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat Halus 80 100 80 120 100 120
Keterangan :
1. Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu
2. Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan

C. Jenis Serbuk
1. Pulvis Adspersorius
Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar. Umurnnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Catatan :
- Talk, kaolin dan bahan mineral Iainnya yang digunakan untuk serbuk tabur harus memenuhi syarat bebas bakteri Clostridium tetani, Clostridium Wellcii, dan Bacillus Anthrocis.
- Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka
- Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
Contoh Pulvis Adspersorius
Zinci Undecylenatis Pulyis Adspersorius (For. Nas)
Sulfanilamidi Pulvis Adspersorius (Form.Indo)
Pulvis Paraformaldehydi Compositus (Form. Indo)
Pulvis Salicylatis Compositus (Form Indo)
2. Pulvis Dentifricius
Serbuk gigi, biasanya menggunakan carmin sebagai pewarna yang dilarutkan terlebih dulu dalam chloroform / etanol 90 %.
3. Pulvis Sternutatorius
Adalah serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melalui hidung, sehingga serbuk tersebut harus halus sekali.
4. Pulvis Effervescent
Serbuk Effervescent merupakan serbuk biasa yang sebelum ditelan dilarutkan tertebih dahulu dalam air dingin atau air hangat dan dari proses pelarutan ini akan mengeluarkan gas C02, kemudian membentuk larutan yang pada umumnya jernih. Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau asam tartrat) dengan senyawa basa (natrium carbonat atau natrium bicarbonat). Interaksi asam dan basa ini dalam air akan menimbulkan suatu reaksi yang menghasilkan gas karbondioksida. Bila ke dalam campuran ini ditambahkan zat berkhasiat, maka akan segera dibebaskan sehingga memberikan efek farmakologi dengan cepat. Pada pembuatan, bagian asam dan basa harus dikeringkan secara terpisah.

D. Cara Mencampur Serbuk
Dalam mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar jangan ada bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama untuk serbuk yang berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk :
- Obat yang berbentuk kristal / bongkahan besar hendaknya digerus halus dulu.
- Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah (konstituen) dalam mortir.
- Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah merata.
- Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan tertebih dahulu. Obat yang volumenya kecil dimasukkan tertebih dahulu.

Serbuk dengan bahan bahan padat
Dengan memperhatikan hal hal diatas masih ada beberapa pengecualian maupun yang dikerjakan secara khusus. Seperti hal sebagai berikut :
1. Serbuk halus sekali
Ø Serbuk halus tidak berkhasiat keras
Belerang
Belerang tidak dapat diayak dengan ayakan dari sutera maupun logam karena menirnbulkan butiran bermuatan listrik akibat gesekan, karena itu dalam pembuatan bedak tabur tidak ikut diayak.
lodoform
Karena baunya yang sukar dihilangkan maka datam bedak tabur diayak terpisah (gunakan ayakan khusus).
Ø Serbuk sangat halus dan berwarna
Misalnya : rifampisin, Stibii Penta Sulfidum
Serbuk dapat masuk ke dalam pori pori mortir dan warnanya sulit hitang, maka
pada waktu menggerus mortir dilapisi zat tambahan (konstituen)
Ø Serbuk halus berkhasiat keras
Dalam jumlah banyak
Digerus dalam mortir dengan dilapisi zat tambahan.
Dalam jumlah sedikit
(kurang dari 50 mg), dibuat pengenceran.

2. Serbuk berbentuk hablur dan kristal
Sebelum dicampur dengan bahan obat yang lain, zat digerus terlebih dahulu. Contoh : Serbuk dengan champora
Champora sangat mudah mengumpul lagi, untuk mencegahnya dikerjakan dengan mencampur dutu dengan eter atau etanol 95% (untuk obat dikeringkan dengan zat tambahan). Cara ini pun harus hati hati karena tertalu lama menggerus atau dengan sedikit ditekan waktu menggerus akan mengumpulkan kembali campuran tersebut.
Serbuk dengan asam salisilat
Serbuk sangat ringan dan mudah terbang yang akan menyebabkan rangsangan terhadap selaput lendir hidung dan mata hingga akan bersin. Dalam hal ini asam salisilat kita basahi dengan eter dan segera dikeringkan dengan zat tambahan.
Serbuk dengan asam benzoat, naftol, mentol, thymol
Dikerjakan seperti di atas. Untuk obat dalarn dipakai etanol 95% sedangkan untuk obat luar digunakan eter.
Serbuk dengan garam gararn yang mengandung kristal
Dapat dikerjakan dalarn tumpang panas, misaInya KI dan garam garam bromida. Garam gararn yang mempunyai gararn exiccatusnya, lebih baik kita ganti dengan exiccatusnya.
Penggantiaannya adalah sbb :
Natrii Carbonas 50% atau 1/2 bagian
Ferrosi Sulfas 60% atau 2/3 bagian
Aluminii et Kalii Sulfas 67% atau 2/3 bagian
Magnesii Sulfas 67% atau 2/3 bagian
Natrii Sulfas 50% atau 1/2 bagian
Serbuk dengan bahan setengah padat
Bahannya terdapat dalam bedak tabur. Yang termasuk bahan setengah padat adalah adeps lanae, cera flava, cera alba, parafin padat, vaselin kuning dan vaselin putih. Dalarn jumlah besar sebaiknya dilebur dulu diatas tangas air, baru dicampur dengan zat tambahan. Dalam jumlah sedikit digerus dengan penambahan aceton atau eter, baru ditambah zat tambahan.

Serbuk dengan bahan cair
1. Serbuk dengan minyak atsiri
Minyak atsiri dapat diteteskan terakhir atau dapat juga dibuat oleo sacchara, yakni campuran 2 gram gula dengan 1 tetes minyak. Bila hendak dibuat 4 g oleo sacchara anisi, kita campur 4 g saccharurn dengan 2 tetes minyak atsiri.
2. Serbuk dengan tinctura
Contohnya serbuk dengan Opii Tinctura, Digitalis Tinctura, Aconiti Tinctura, Belladonnae Tinctura, Digitalis Tinctura, Ratanhiae Tinctura.
Tinctur dengan jumlah kecil dikerjakan dengan lumpang panas, kemudian dikeringkan dengan zat tambahan. Sedangkan dalam jurnlah besar dikerjakan dengan menguapkan di atas tangas air sampai kental baru ditambahkan zat tambahan (sampai dapat diserap oteh zat tambahan) aduk sampai kering kemudian diangkat. Tinctur yang diuapkan ini beratnya 0, untuk semua serbuk terbagi kehilangan berat tidak pertu diganti, sedangkan untuk serbuk tak terbagi harus diganti seberat tinctura itu dengan zat tambahan.
Zat berkhasiat dari tinctur menguap, pada umumnya terbagi menjadi 2 :
1. Tinctur yang dapat diambil bagian bagiannya
Spiritus sebagai pelarutnya diganti dengan zat tambahan. Contohnya iodii tinc, Camphor Spiritus, Tinc.Opfi Benzoica
2. Tinctur yang tidak dapat diambil bagian bagiannya
Kalau jumlahnya banyak dilakukan pengeringan pada suhu serendah mungkin, tapi kalau jumlahnya sedikit dapat ditambah langsung ke dalam campuran serbuk. Kita batasi maksimal 4 tetes dalarn 1 gram serbuk. Contohnya Valerianae Tinc, Aromatic Tinc.
Serbuk dengan Extractum
1. Extractum Siccum (ekstrak kering)
Pengerjaannya seperti membuat serbuk dengan zat padat halus. Contohnya: opii extractum, Strychni extractum.
2. Extractum Spissum (ekstrak kental)
Dikerjakan dalam lumpang panas dengan sedikit penambahan pelarut (etanol 70%) untuk mengencerkan ekstrak, kemudian tambahkan zat tambahan sebagai pengering. Contohnya Belladornnae extractum, Hyoscyami extractum.
3. Extractum Liquidum (ekstrak cair)
Dikerjakan seperti mengerjakan serbuk dengan tinctur. Contohnya Rhamni Purshianae ext.
Serbuk dengan Tablet atau Kapsul
Dalam membuat serbuk dengan tablet dan kapsul diperlukan zat tambahan sehingga perlu diperhitungkan beratnya. Dapat kita ambil bentuk tablet atau kapsul itu langsung. Tablet digerus halus kemudian ditimbang beratnya. Kapsul dikeluarkan isinya kemudian ditimbang beratnya. Kalau tabtet/ kapsut terdiri dari satu macam zat berkhasiat diketahui kadar zat khasiatnya dapat kita timbang dalam bentuk zat aslinya. Contohnya Chlortrimeton tablet kadarnya 4 rng, dapat juga diambil Chlorpheniramin Maleas dalam bentuk serbuk yang sudah diencerkan dalam laktosa. 

E. Cara Pengemasan Serbuk
Secara umumnya serbuk dibungkus dan diedarkan dalarn 2 macam kemasan yaitu kemasan untuk serbuk terbagi dan kemasan serbuk tak terbagi. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi pulveres atau tidak terbagi (pulvis).
Kemasan untuk Serbuk Terbagi
Pada umumnya serbuk terbagi terbungkus dengan kertas perkamen atau dapat juga dengan kertas sekofan atau sampul potietitena untuk melindungi serbuk dari pengaruh lingkungan. Serbuk terbagi biasanya dapat dibagi langsung (tanpa penimbangan) sebelum dibungkus dalam kertas perkamen terpisah dengan cara seteliti mungkin, sehingga tiap tiap bungkus berisi serbuk yang kurang lebih sama jumlahnya. Hat tersebut bisa dilakukan bila prosentase perbandingan pemakaian terhadap dosis maksimat kurang dari 80%. Bila prosentase perbandingan pemakaian terhadap DM sama dengan atau lebih besar dari 80% maka serbuk harus dibagi berdasarkan penimbangan satu per satu.

Pada dasarnya langkah langkah melipat atau membungkus kertas pembungkus serbuk adalah sebagai berikut :
1. Letakkan kertas rata di atas permukaan meja dan lipatkan 1/2 inci ke arah kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga keseragaman, langkah ini harus dilakukan bersamaan dengan lipatan pertama sebagai petunjuk.
2. Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi bagi ke tengah kertas yang telah dilipat, satu kali lipatannya mengarah ke atas di sebelah seberang dihadapanmu.
3. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat ke atas dan letakkanlah pada kira kira garis lipatan pertama, lakukan hati hati supaya serbuk tidak berceceran.
4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan lipatlah ke hadapanmu setebal lipatan pertama.
5. Angkat kertas, sesuaikan dengan ukuran dos tempat yang akan digunakan untuk mengemas, lipat bagian kanan dan kiri pembungkus sesuai dengan ukuran dos tadi. Atau bila pengemasnya plastik yang dilengkapi klip pada ujungnya usahakan ukuran pembungkus satu dengan yang lainnya seragam supaya tampak rapi.
6. Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu per satu dalam dos atau plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak boleh ada serbuk dan tidak boleh ada ceceran serbuk.


Kemasan untuk Serbuk Tak Terbagi
Untuk pemakaian luar, serbuk tak terbagi umumnya dikemas dalam wadah kaleng yang berlubang lubang atau sejenis ayakan untuk memudahkan penggunaan pada kulit. MisaInya bedak tabur.
Sedangkan untuk obat dalam, serbuk tak terbagi biasa disimpan dalam botol bermulut lebar supaya sendok dapat dengan mudah ketuar masuk melalui mutut botol. Contohnya serbuk antacid, serbuk laksativa.
Wadah dari gelas digunakan pada serbuk yang mengandung bahan obat higroskopis/ mudah mencair, serbuk yang mengandung bahan obat yang mudah menguap. Untuk serbuk yang komponennya sensitif terhadap cahaya menggunakan wadah gelas berwarna hijau

·                     CaraPenggunaannya:
-Pulveres dan bulk powder dilarutkan atau disuspensikan.
-Pulvis adspersorius (serbuk tabur), ditaburkan pada kulit.
-Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua proinjeksi.

1.                  GRANUL

GRANUL
Granul merupakan sediaan multi unit berbentuk agglomerate dari partikel kecil serbuk.
Pemberian Granul dapat dilakukan dengan memasukkan granul ke dalam kapsul gelatin lunak atau dibuat menjadi tablet yang dapat segera hancur.
Granul merupakan hasil dari proses granulasi yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi bulatan-bulatan dalam bentuk yang beraturan


Cara penggunaan
Sebelum diminum, dilarutkan atau disuspensikan dulu dalam air atau pelarut yang sesuai dengan volume tertentu, menurut petunjuk dalam brosur yang disediakan.

2.                  KAPSUL
Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.

·                     Macam-Macam Kapsul
(a)                Kapsul Cangkang Keras (Hard Capsule)
Kapsul keras terdiri atas bagian wadah dan tutup yang terbuat dari metilselulosa, gelatin, pati, atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dar nomer paling kecil, yaitu 5 sampai nomer paling besar, yaitu 000.
Cangkang kapsul biasanya diisi dengan bahan padat atau serbuk, butiran atau granul. Kapsul cangkang keras ini hanya memiliki satu bentuk dan dipakai untuk pemakaian per oral.                   
(b)               Kapsul Cangkang Lunak ( Soft Capsule)
Kapsul jenis ini merupakan satu kesatuan obat berbentuk bulat, silindris, atau bulat telur yang dibuat dari gelatin (kadang disebut gel lunak) atau bahan lain yang sesuai. Biasanya lebih tebal daripada cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin.
Kapsul cangkang lunak memiliki bermacam-macam bentuk dan biasanya dapat dipakai untuk rute oral, vaginal, rektal, atau topikal.

·                     Bentuk Sediaan
Contoh sediaan kapsul keras: Tetrasiklin, Ampisilin, Kloramfenikol, Amoksisilin.
Contoh sediaan kapsul lunak: Ecatrol, Ever E, Glomega, Suplemax-Ultra Dha, Lesichol 300, Nature's Plus Vitamin E, Wellness Os-Cal.


3.                  TABLET
·                     Tablet (menurut FI III)
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung   pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.

·                     Tablet (menurut FI IV)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya didalam mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas penuh dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan melarutkannya lambat, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakan kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan. Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai masalah bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini

·                     Tablet menurut IMO
Tablet adalah sediaan padat ,dibuat secara kempa cetak,berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.

·                     Tablet menurut USP XXVI
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi, diklasifikasikan menjadi tablet atau tablet kompresi.
Meburut british pharmacope, tablet adalah sediaan padat yang mengandung 1 atau lebih bahan aktif obat dan biasanya dibuat dengan cara pengempaan sejumlah partikel yang seragam.

(1)               Tablet Kompresi, yaitu tablet kompresi yang dibuat dengan mencetak pada punch dan die dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya ke dalam bahan obatnya, diberi tambahan sejumlah bahan pembantu antara lain:
a.                   Pengenceran atau pengisi yang ditambahkan jika perlu ke dalam formulasi supaya membentuk ukuran tablet yang diinginkan.
b.                  Pengikat atau perekat, yang membantu pelekatan partikel dalam formulasi, memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya.
c.                   Penghancur atau bahan yang dapat membantu penghancuran, akan membantu memecah atau menghancurkan tablet setelah pemberian sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, sehingga lebih mudah diabsorpsi.
d.                  Antirekat pelincir atau zat pelincir yaitu zat yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan ini pada punch dan die serta membuat tablet-tablet menjadi bagus dan berkilat.
e.                   Bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat pemberi rasa.

(2)               Tablet Kompresi Ganda, yaitu tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu kali tekanan. Tablet berlapis dibuat d engan cara memasukkan satu campuran obat ke dalam cetakan dan ditekan, demikian pula campuran obat sebagai lapisan berikutnya dimasukkan ke dalam cetakan yang sama dan ditekan lagi, untuk membentuk dua atau tiga lapisan tergantung pada jumlah obat yang ditambahkan secara terpisah dalam satu tablet berlapis.

(3)               Tablet salut biasa atau salut gula (dragee)

Tablet salut gula adalah tablet yang disalut dengan gula dari suspense dalam air yang mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk, atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Tablet salut gula dianggap sebagai suatu metode tertua untuk salut tablet, yang meliputi pengendapan larutan salut gula dalam air pada butir-butir tablet terutama menggunakan gula sebagai bahan mentah. Kelemahan tablet salut gula adalah waktu penyalutan yang lama dan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlmbat disolusi dan memperbesar bobot tablet. Namun produk salut gula ini menyenangkan secara estetik dan dapat diterima oleh konsumen yang luas. Berikut tahapan pembuatan salut gula :
a.                   Penyalutan dasar (subcoating)
Jika tablet mengandung zat yang hidroskopis, digunakan lebih dahulu salut penutup (sealing coat) agar air dari sirop salut dasar tidak masuk ke dalam tablet.
b.                  Melicinkan (smoothing)
Yaitu proses pembasahan berganti-ganti dengan sirop pelican (bolak-balik) dan pengeringan dari salut dasar tablet mejadi bulat dan licin.
c.                   Pewarnaan (coloring)
Pada proses ini dilakukan dengan memberi zar warna yang dicampurkan pada sirop pelican.
d.                  Penyelesaian (finishing)
Proses pengeringan salut sirop yang terakhir dengan cara perlahan-lahan serta terkontrol. Panci penyalut diputar perlahan-lahan dengan tangan hingga terbentuk hasil akhir yang licin.
e.                   Pengilapan (polishing)
Merupakan tahap akhir, disini digunakan lapisan tipis malam yang licin. Sebagai campuran lilin digunakan campuran pengilap (polishing mixture) yang telah dilarutkan dalam petroleum bensin.

4.                  Tablet salut enteric (enteric-coated tablet)
Tablet bersalut enterik adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relative tidak larut dalam asam lambung. Tablet salut enteric disebut juga tablet lepas tunda, yaitu jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet meleati lambung. Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur, dan zat pelicin. Zat pengisi dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet (Biasanya digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii Carbonas dan zat lain yang cocok). Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat (Biasanya digunakan adalah mucilage Gummi Arabica 10 - 20% (panas), Solutio Methylcellulosum 5%). Zat penghancur, dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut (Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar - agar. Natrium Alginat). Zat pelicin, dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya digunakan Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearanicum. Zat Penyalut mengandung bahan yang akan dilekatkan ke permukaan tablet, dan juga mengandung pelarut yang bertindak sebagai pembawa bahan-bahan tersebut. Pelarut ini harus dihilangkan selama proses penyalutan. Obat dalam bentuk salut enterik yang banyak beredar di pasaran adalah Dulcolax, Natrium Diklofenak, Kalium Diklofenak.

5.                  Tablet sublingual atau bukal
Tablet Bukal adalah tablet kempa biasa yang berbentuk oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan). ablet bukal bentuknya kecil, pipih yang ditempatkan di kantong bukal di antara pipi dan gusi. Setelah obat dilepaskan dari tablet, bahan aktif diabsorpsi tanpa melewati saluran gastrointestinal. Ini rute yang menguntungkan untuk obat yang bisa dihancurkan oleh saluran gastrointestinal. Tetapi, hanya sedikit obat yang dapat diabsorpsi dari oral sulci. Pemberiannya hanya terbatas pada gliseril trinitrat dan hormone-hormon steroid. Tablet bukal mengandung sejumlah bahan aktif yang dikombinasikan dengan bahan tambahan, dimana bahan tambahan yang penting terdiri atas sorbitol dan lubrikan. Tablet ini memberikan “drug delivery” yang sangat cepat, dimana level bahan aktif dalam darah dapat dibandingkan dengan pemberian secara parenteral.
Pemberian melalui bukal sebagian berguna untuk bahan aktif yang menunjukkan bioavailabilitas yang rendah selama pemberian non parenteral.

6.                  TABLET KUNYAH
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah di mulut sebelum ditelan dan dimaksudkan untuk ditelan utuh. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida, dan antibiotik tertentu.

Tujuan dibuat tablet kunyah diantaranya adalah untuk memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah. Terkadang anak-anak sukar untuk menelan tablet bentuk utuh, sehingga dibutuhkan suatu bentuk sediaan supaya dapat digunakan untuk anak-anak daintaranya yaitu sirup dan tablet kunyah. Tidak hanya anak-anak, orang tua baik sengaja maupun tidak sengaja juga membutuhkan bentuk sediaan oral yang mudah untuk digunakan. Sehingga tablet kunyah tidak hanya diberikan kepada anak-anak saja tetapi juga bisa diberikan pada orang dewasa.

Keuntungan tablet kunyah dibandingkan dengan bentuk sediaan padat oral lainnya meliputi
- Ketersediaan hayati yang lebih baik
- Melewati proses desintegrasi dan dapat meningkatkan disolusi
- Penggunaan yang lebih mudah
- Rasa manis
- Dapat digunakan sebagai pengganti bentuk sediaan cair jika diperlukan onset yang cepat
- Memiliki keunikan produk dari sudut pandang pemasaran

Dengan kelebihan tersebut, bukan berarti tablet kunyah tidak mempunyai kekurangan. Tablet kunyah juga memiliki beberapa kelemahan yaitu:
- Rasa "zat aktif" (bukan tabletnya) dan zat aktif yang mempunyai tingkat konsentrasi dosis yang sangat tinggi memberikan kendala yang signifikan untuk diatasi formulator/sulit dibuat tablet kunyah
- Tidak semua bahan cocok untuk dibuat tablet kunyah

Karakteristik tablet kunyah apabila dikunyah akan membentuk massa yang halus, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam mulut.

Tablet kunyah yang memiliki pangsa pasar terbesar adalah bentuk sediaan kunyah yang mengandung gom kunyah, sedangkan dalam bentuk segi empat menunjukkan pangsa pasar yang lebih sedikit.
Pertimbangan formulasi utama, yang penting untuk tablet kunyah ialah rasa sediaan tersebut. Sehingga kenapa sediaan tablet kunyah semua manis, karena sesuai yang dipersyaratkan bahwa tablet kunyah harus dikunyah terlebih dahulu, sehingga harus memberikan rasa yang enak alias wajib enak. Oleh karena itu dalam formulasinya tablet kunyah harus memperhatikan penambahan bahan perasa.

Pada pembuatan tablet kunyah, Evaluasi yang dilakukan pada tablet jadi kunyah sama dengan tablet oral pada umumnya yaitu meliputi Uji kekerasan, Kerapuhan, Waktu hancur (karena beberapa tablet kunyah terkadang lupa ditelan secara utuh), Evaluasi fisik tablet, disolusi dan Tanggap rasa.


7.                  Tablet Effervecent

Tablet effervescent adalah sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Gas yang dihasilkan umumnya adalah karbondioksida (CO2). Tablet effervescent terdiri dari campuran antara natrium bikarbonat dengan asam sitrat atau asam tartrat yang apabila dicelupkan ke dalam air maka akan berbuih atau membentuk gas CO2.


Tablet Effervescent

Tablet effervescent adalah sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Gas yang dihasilkan umumnya adalah karbondioksida (CO2).
Tablet effervescent terdiri dari campuran antara natrium bikarbonat dengan asam sitrat atau asam tartrat yang apabila dicelupkan ke dalam air maka akan berbuih atau membentuk gas CO2. Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat serta asam tartrat dan natrium bikarbonat dapat dilihat sebagai berikut:

H3C6H5O7.H2O + 3NaHCO3 --> Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2
Asam sitrat Natrium bikarbonat Natrium sitrat Air Karbondioksida

H2C4H4O6 + 2NaHCO3 --> Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2
Asam tartrat Natrium bikarbonat Natrium tartrat Air Karbondioksida
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan tiga molekul natrium bikarbonat untuk menetralkan satu molekul asam sitrat dan dua molekul natrium bikarbonat untuk menetralisasi satu asam tartrat.
Tablet effervescent harus dapat larut dalam waktu kurang dari tiga menit (pada air yang bersuhu 15-25ºC mempunyai waktu hancur lima menit), kekerasan antara 70 - 120 N, mempunyai pH < 6 dan stabil.

Kelebihan Tablet Effervescent

Kelebihan tablet effervescent adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat. Selain itu tablet effervescent dapat menghasilkan gas karbondioksida yang memberikan rasa yang enak karena ada karbonat yang membantu memperbaiki rasa pada beberapa obat tertentu.
Selain praktis dan mudah dibawa, cara penyajiannya lebih menarik bila dibandingkan dengan dengan tablet konvensional, dapat diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet atau kapsul, pada saat dikonsumsi zat aktif dalam keadaan terlarut sehingga absorpsinya lebih mudah, dan berguna untuk obat-obat yang tidak stabil apabila disimpan dalam bentuk larutan, jadi obat dapat dibuat dalam bentuk sediaan tablet effervescent agar stabil.

Kekurangan Tablet Effervescent

Disamping mempunyai beberapa keuntungan, tablet effervescent juga memiliki beberapa kekurangan, baik dalam produksi maupun dalam pengemasannya. Ditinjau dari segi produksi, tablet effervescent harus dibuat dalam ruangan khusus yang mempunyai kelembaban relatif 20-25% jadi sulit untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Kelembaban udara selama proses pembuatan sudah cukup memulai reaktivitas effervescent, dengan demikian seluruh peralatan termasuk mesin cetak tablet harus berada dalam ruangan khusus. Sedangkan dalam segi pengemasannya, tablet effervescent harus dikemas dalam wadah yang kedap udara sehingga dapat melindungi tablet tersebut dari kelembaban, kelembaban udara di sekitar tablet sesudah wadahnya terbuka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas produk, setelah sampai di tangan konsumen, harga yang relatif mahal.

Bahan Dasar Tablet Effervescent

4.                  Bahan dasar pembuatan tablet effervescent berasal dari bahan yang bersifat asam seperti asam sitrat dan karbonat seperti natrium bikarbonat sebagai sumber karbondioksida.

Asam
Sebagai sumber asam dapat digunakan asam-asam makanan, asam anhidrat dan garam dari asam. Asam-asam makanan yang paling sering digunakan karena alami dan sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan dan dapat dicerna. Golongan asam-asam makanan yang sering digunakan adalah asam sitrat, asam tartrat, asam malat, asam fumarat, asam adipat, dan asam suksinat. Asam anhidrat yang dapat digunakan seperti asam sitrat anhidrat (dalam air akan berubah menjadi asam sitrat). Sedangkan garam dari asam yang digunakan antara lain natrium dihidrogen fosfat, dinatrium dihidrogen pirofosfat dan garam-garam asam sitrat.

Karbonat
Sebagai sumber karbonat dapat digunakan natrium bikarbonat, natrium karbonat, kalsium bikarbonat, kalium karbonat, natrium seskuikarbonat, natrium glisin karbonat, L-lisin karbonat, arginin karbonat dan kalsium karbonat amorf.


TABLET LEPAS LAMBAT

I.           DEFINISI
Sistem lepas lambat adalah setiap modifikasi obat atau sediaan obat yang memperpanjang aktivitas terapetik dari obat (Sumber: Lachman-Tablets, vol. 3, 150).
Tablet lepas lambat adalah sediaan tablet yang dirancang untuk memberikan aktivitas terapetik diperlama dengan cara pelepasan obat secara terus-menerus selama periode tertentu dalam sekali pemberian (Sumber: Powerpoint kuliah DR. Heny R., Phd.).
Tablet lepas lambat adalah tablet yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia dalam jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Istilah lepas lambat digunakan untuk tujuan farmakope dan persyaratan pelepasan obat dijelaskan dalam masing-masing monografi (Sumber: FI. IV, 6).

II.        KEUNTUNGAN dan KERUGIAN
Keuntungan yang dimiliki tablet lepas lambat, antara lain:
1.     Frekuensi pemberian obat untuk mendapatkan efek tertentu berkurang
2.     Efek terapetik yang diperoleh lebih lama
3.     Lebih disukai dibanding sediaan konvensional karena lebih efisien
4.    Efek merugikan dari obat dapat ditekan karena berkurangnya frekuensi pemberian obat (tidak ada fluktuasi kadar obat dalam darah)
Kerugian yang dimiliki tablet lepas lambat, antara lain:
1.    Biaya produksi lebih tinggi sehingga harga obat lebih mahal
2.   Kemungkinan terjadinya keracunan obat lebih besar dibandingkan sediaan konvensional. Hal ini disebabkan karena absorpsi obat yang diperlama kadang-kadang diikuti dengan eliminasi obat diperlambat.
3Kemungkinan zat aktif gagal dilepaskan pada kondisi yang diinginkan sehingga mengakibatkan kelebihan dosis untuk waktu yang lama dan efek toksik bahan obat yang sukar diberi antidotum (penawar racun), maka konsentrasi toksik dari obat dapat terlampaui.
4.  pelepasan tidak pada tempatnya dan sangat berbahaya terutama bila obat sangat aktif dan selanjutnya terjadi keadaan kurang dosis.
5. Adanya pengulangan dan keteraturan farmakologi tergantung pada pengosongan isi lambung, sering terjadi perubahan skema pelepasan zat aktif, bila obat tidak seluruhnya ditelan, melainkan dipecah, digerus, dikunyah dengan resiko terjadi over dosis,
6. Ukuran tablet kemungkinan lebih besar. Hal ini menyulitkan terutama untuk pasien yang tidak dapat menelan obat
(Sumber: Powerpoint kuliah DR. Heny R., Phd.)

III.      ASPEK-ASPEK PEMBUATAN
Beberapa aspek yang harus dikaji dalam pembuatan tablet lepas lambat antara lain:
a.   Aspek farmakodinamik
Tujuan utama pengembangan sediaan lepas lambat adalah untuk mempertahankan konsentrasi zat aktif dalam darah pada konsentrasi efektif.
b.   Aspek biofarmasi
Informasi sifat biofarmasi zat aktif merupakan hal penting dalam pengembangan sediaan lepas lambat. Aspek biofarmasi meliputi:
·      Lokasi utama di mana obat diabsorpsi,
·      Kecepatan absorpsi,
·   Waktu paruh eliminasi obat,
·  Apakah absorpsi non-linier dikarenakan penjenuhan absorpsi obat, first pass effects, atau yang lain
· Apakah eliminasi yang tidak linier disebabkan penjenuhan metabolisme,
·   Inaktivasi atau metabolisme obat dalam tubuh
  JENIS SEDIAAN LEPAS LAMBAT
(Sumber: Lachman-Tablets, vol. 1, 181-190, Powerpoint kuliah DR. Heny R., Phd., others information about prolonged release or sustained release dosage form are available at: www. rohmhaas. com)
1.     Tablet matriks
Sistem matriks telah lama dipergunakan untuk membuat sediaan lepas lambat karena sistem matriks dipertimbangkan sebagai metode yang sederhana dan relatif tidak mahal. (Sumber: Wicaksono, Y., E. Hendrardi, Radjaram, A., Seminar Nasional MIPA 2005, 24-26 November 2005)
Dalam sistem matriks, obat dicampur dengan polimer dalam keadaan kering. Kecepatan pelepasan obat ditentukan oleh jenis dan konsentrasi polimer yang digunakan. Konsep sistem matriks terutama sesuai untuk obat-obat dosis rendah. Eksipien bersifat hidrofilik maupun hidrofobik dapat ditambahkan untuk mempengaruhi profil pelepasan obat melalui cara difusi atau erosi. Contoh polimer yang digunakan dalam sistem matriks misalnya Eudragit®. Konsentrasi yang biasa digunakan adalah antara 10-50%.
Zat aktif yang mudah larut lebih sulit dibuat dalam bentuk tablet sustained release matrics dibandingkan zat aktif yang sedikit larut karena prinsip sistem lepas lambat secara luas adalah efek tahan air.
2.     Sediaan partikel ganda (multiparticulate dosage form)
Yaitu sediaan lepas lambat yang bahan aktifnya terbagi ke dalam banyak satuan individu, yang disebut sub-unit. Sepanjang obat yang tidak terlarut masih ada dalam inti, maka pelepasan obat akan berlangsung pada kecepatan tetap, mengikuti reaksi orde 0. Setelah seluruh obat terlarut, maka kecepatan pelepasan berubah ke orde 1.
Keuntungan sediaan multipartikel adalah dapat mempertahankan ketersediaan hayati dan pelepasan obat sesuai yang diinginkan (mikroenkapsulasi merupakan proses di mana partikel­partikel kecil atau tetesan-tetesan diselimuti oleh salut homogen (mikrokapsul) atau dengan matrik polimer (mikrofer).
Bahan penyalut yang digunakan misalnya polimer golongan metakrilat: Eudragit® NE 30 D, Eudragit® RL 30 D, Eudragit® RS 30 D.
Persyaratan khusus tablet lepas lambat sistem multipartikel
·   Memerlukan pengaturan yang teliti tentang parameter fisikokimia dari bahan inti, formulasi salut dan eksipien untuk tablet
·     Salut film harus cukup elastis terhadap gaya kompresi
·  Eksipien yang ditambahkan untuk pencetakan tablet harus punya kompresibilitas tinggi dan harus mampu mengisi antar-ruang antara partikel-partikel dalam masa tablet dan mempertahankan bagian-bagian yang menyebabkan penggabungan salut
8.                   


CARA PENGGUNAAN
Secara umum cara penggunaannya yaitu ditelan utuh kec tablet dengan penggunaan khusus seperti tablet hisap.



5.                  KAPLET
6.                  LOZENGES (TROCHES) DAN PASTILES

Lozenges

Lozenges merupakan sediaan dengan bermacam-macam bentuk yang biasanya mengandung obat dan bahan perasa yang dimaksudkan untuk melarut secara perlahan pada mulut untuk efek pada lokasi tertentu atau efek sistemik (Allen, 2002).
Bentuk sediaan ini dimaksudkan agar melarut secara perlahan dalam mulut atau dapat dengan mudah dikunyah dan ditelan. Sediaan ini dapat diterima di masyarakat, terutama pasien pediatri (Allen, 2002).

Macam-macam bentuk lozenges
Ada dua tipe  lozenges yang telah banyak digunakan menurut metode pembuatan tablet hisap, yaitu :
1. Compressed Tablet Lozenges
Prinsipnya sama dengan pembuatan tablet kompresi biasa. Perbedaan yang mendasar adalah pada dosis sediaannya, maka compressed tablet lozenges  dengan area aktivitasnya yang berada di membrane mukosa mulut dan kerongkongan, biasanya memiliki diameter yang lebar (antara 5/8-3/4 inchi), dikempa dengan bobot tablet antara 1,5-4,0 gram dan diformulasi agar mengalami disintegrasi dalam mulut secara perlahan-lahan (Peters, 1989).
2. Molded lozenges
Molded lozenges dibuat dengan cara meleburkan basisnya.  Molded lozenges memiliki tekstur lebih lembut karena mengandung gula dengan konsentrasi tinggi atau karena adanya kombinasi antara gelatin dengan gula. Contohnya adalah soft lozenges yang biasa disebut dengan pastilles dan chewable lozenges yaitu lozenges dengan basis gelatin yang biasa disebut dengan  gummy. Soft lozenges biasanya dibuat dengan menggunakan basis  polyethylene glycol (PEG) sedangkan  chewable lozenges menggunakan basis gliserin gelatin (Allen, 2002).

Menurut komposisi bahannya,  lozenges terbagi menjadi tiga jenis, yaitu hard lozenges, soft lozenges  dan  lozenges basis gelatin yang biasa disebut chewable lozenges atau gummy.
1. Hard lozenges
Hard candy lozenges adalah campuran gula dan karbohidrat dalam bentuk amorf dan kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang secara umum mempunyai kandungan air 0,5%-1,5%. Bahan dasar hard candy lozenges adalah gula (sakarosa), sirup jagung, gula  invert, gula pereduksi,  acidulents (pembuat asam), pengaroma, bahan-bahan cair dan padat, serta bahan obat (Peters, 1989).


2. Soft lozenges
Soft lozenges merupakan salah satu jenis  lozenges  dengan basis PEG, acacia, dan beberapa bahan lainnya.  Soft lozenges  yang sudah banyak dikenal masyarakat adalah pastiles (Allen, 2002), tetapi lebih umum disebut cough drops (Gunsel and Kanig, 1976). Soft lozenges biasa dibuat berwarna dan memiliki rasa dan dapat secara perlahan dapat melarut atau dikunyah pada mulut dan tergantung pada efek obat yang diinginkan (Allen, 2002).
3. Chewable lozenges
Chewable lozenges biasanya memiliki rasa yang mencolok dan sedikit rasa asam.  Lozenges jenis ini cocok diperuntukkan bagi pasien pediatri dan efektif untuk penggunaan pengobatan pada absorbsi gastrointestinal dan sistemik (Allen, 2002)

Lozenges / tablet hisap menurut (F.I. IV) ialah sediaan padat mengandung satu atau lebih bahan obat , umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut. Mengandung  bahan obat, juga bahan dasar gelatin, sukrosa, sorbitol atau gula. Umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan,  tetapi dapat juga mengandung bahan aktif yang ditujukan  untuk absorbsi sistemik setelah ditelan.
Lozenges terdiri dari dua macam yaitu troches dan pastiles.
Trochisi ( troches) adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa tablet, sedangkan pastiles adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara tuang.

Tantum Lozenges
Tantum Lozenges, Informasi obat kali ini akan menjelaskan jenis obat sariawan, tonsilitis (radang tonsil/amandel), faringitis, yang diantaranya menjelaskan dosis obat, komposisi atau kandungan obat, manfaat atau kegunaan dan khasiat atau dalam bahasa medis indikasi, aturan pakai Tantum Lozenges, cara minum/makan atau cara menggunakannya, juga akan menerangkan efek samping atau kerugian, pantangan atau kontra indikasi serta bahayanya, over dosis atau keracunan, dan farmakologi serta mekanisme kerja dan harga dari obat Tantum Lozenges, dan inilah penjelasannya:

TANTUM LOZENGES
GOLONGAN
Obat Bebas Terbatas

KANDUNGAN
Benzydamin HCl.

INDIKASI
Menghilangkan sementara nyeri pada rongga mulut : tonsilitis (radang tonsil/amandel), faringitis (radang tekak), setelah operasi mulut, periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi), radang.

PERHATIAN
Hamil, gangguan berat hati atau ginjal.

KEMASAN
Lozenges 3 mg x 12's.

DOSIS
1 lozenge tiap 3 jam.
Kasus berat : 1 lozenge tiap 1-2 jam.
Maksimal : 12 lozenge/hari, tidak lebih dari 7 hari.

PENYAJIAN
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan

HARGA  :
Rp. 24.000/kemasan

PABRIK
Soho.

Mengonsumsi lozenges (tablet hisap), seperti permen wood, hexos, strepsills dan sebagainya baik untuk melegakan tenggorokan. Lozenges dibuat agar dapat larut secara perlahan di mulut, untuk mengehentikan sementara batuk dan melumasi atau melegakan tenggorokan.
Lozenges umumnya mengandung menthol yang dapat mempengaruhi ujung-ujung saraf sensorik pada saluran pernapasan, sehingga fungsinya berjalan baik tanpa pasien mengalami gangguan. Bisa juga mengandung pengurang rasa sakit dan antiseptik, yang akan membantu mengurangi jumlah kuman di tenggorokan. Seperti obat kumur lozenges ada yang mengandung antiseptik, yang bisa membantu mengurangi jumlah kuman.
Ada beberapa manfaat dari penggunaan lozenges. Selain membatu menghambat pertumbuhan kuman penyebab radang tenggorokan , dapat membantu mengurangi rasa gatal pada tenggorokan, meredakan radang tenggorokan, serta melegakan pernapasan dan hidung tersumbat. Juga membantu meredakan batuk serta membantu mengatasi bau nafas tidak sedap.

7.                  PIL
PIL (Pillulae)
Pengertian
berasal dari kata “pila” yang artinya bola kecil. Obat yang berbentuk bundar seperti bola ini bermacam-macam bobotnya dan masing-masing diberi nama tersendiri.
Pillulae menurut FI III ialah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk obat dalam dan bobotnya 50-300 mg per pil (ada juga yang menyebutkan bobot pil adalah 1-5 g). Boli adalah pil yang bobotnya diatas 300 mg; granula bobotnya 20-60 mg (Ph.Bld.V menyatakan tidak lebih dari 30 mg dan mengandung 1 mg bahan obat); dan parvule bobotnya dibawah 20 mg per buah.
Bentuk pil ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
1.                  Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan-bahan obat
2.                  Memberikan obat dalam dosis tertentu.
Komponen, Penggunaan, dan Contoh Pillulae
1.                  Zat utama: berupa bahan obat yang harus memenuhi persyaratan farmakope misalnya KmnO4, asetosal, digitalis forlia, garam ferro, dll.
2.                  Zat tambahan yang terdiri dari:
a. Zat pengisi: fungsinya untuk memperbesar volume massa pil agar mudah dibuat. Contoh: akar manis (Radix Luqiritae), atau bahan lain yang cocok (glukosa, amilum, dll.) Radix liq. Dengan gliserin adalah konstituen yang baik untuk bahan-bahan minyak atsiri (Metode Blomberg). Terlebih kalau ditambahkan succus lq. Hal ini karena radix liq. mengandung glisirizin yang bersifat mengemulsi minyak.
b. Zat pengikat: fungsinya untuk memperbesar daya konhesi maupun daya adhesi massa pil agar massa pil dapat saling melekat menjadi massa yang kompak. Contoh: sari akar manis (Succus liquiritae), gom akasia, tragakan, campuran bahan tersebut (PGS) atau bahan yang lain cocok (glukosa, mel, sirup, musilago, kanji, adeps, glycerinum cum tragacanth, extr. Gentian, extr. Aloe, dll.)
c. Bahan atau zat penabur: fungsinya untuk memperkecil gaya gesekan antara molekul yang sejenis maupun tiak sejenis, sehingga massa pil menjadi tidak lengket satu sama lain, lengket pada alat pembuat pil menjadi tidak lengket satu sama lain, lengket pada alat pembuat pil, atau lengket satu pil dengan pil lainnya. Contoh: lycopodium, talcum.
d.  Bahan atau zat pembasah: fungsinya untuk memperkecil sudut kontak (<90º) antarmolekul sehingga massa menjadi basah dan lembek serta mudah dibentuk. Contoh: air, air-gliserin (aqua gliserinata), gliserin, sirup, madu, atau bahan lain yang cocok.
e. Bahan atau zat penyalut, fungsinya adalah:
(1) untuk menutupi rasa dan bau yang tidak enak
(2) mencegah perubahan karena pengaruh udara
(3) supaya pil pecah dalam usus, tidak di lambung (enteric coated pil)
contohnya: perak, tolu balsem, keratin, sirlak, kolodium, salol, gelatin, gula, atau bahan lain yang cocok.

Ada 6 tipe bahan obat yang diberikan secara enterik:
a.bahan obat yang dipakai terus-menerus tetapi merangsang selaput lendir lambung, misalnya senyawa arsen, antelmintik, asam salisilat, digitalis.
b.                                                   Bahan obat yang menghalangi pencernaan karena dengan pepsin membentuk senyawa yang tidak larut, misalnya tanin dan argentum nitrat.
c.                                                   Bahan yang terurai oleh asalm lambung, misalnya antibiotik golongan penisilin.
d.                                                  Bahan obat yang diharapkan agar dalam keadaan sepekat mungkin di usus, misalnya antiseptik dan santonin.
e.                                                   Bahan obat yang mengakibatkan mabuk dan muntah-muntah, misalnya emetin dan sulfonama.
f.                                                    Bahan obat yang dikehendaki lambat bereaksi, misalnya antispasmodik, antihistamin, dan barbiturat.

keuntungan sediaan berbentuk pil :
- mudah digunakan/ ditelan
- mampu menutupi rasa yang tidak enak
- relatif stabil dibandingkan larutan
- sangat baik untuk sediaan yang dikehendaki penyerapannya lambat
Kerugian sediaan berbentul pil :
- kurang cocok untuk obat yang diharapkan memberi reaksi yang cepat
- waktu absorbsi yang lama


8.                  PESSARIES/OBULA
9.                  SUPOSITORIA
Pengertian
Supositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectum, vagina, atau uretra; umumnya meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat local atau sistemik.
Macam-macam supositoria
Macam-macam supositoria berdasarkan tempat penggunaannya, yaitu:
1.                  Supositorial rektal, sering disebut sebagai supositoria saja, berbentuk peluru, digunakan lewat rectum atau anus. Menurut FI III bobotnya antara 2-3 g, yaitu untuk dewasa 3 g dan anak 2 g, sedangkan menurut FI IV kurang lebih 2 g.
Supositoria rektal berbentuk-torpedo mempunyai keunggalan, yaitu jika bagian yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, supositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya.
2.                  Supositoria vaginal (ovula), berbentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat vagina, berat antara 3-5 g, menurut FI III 3-6 g, umumnya 5g.
Supositoria kempa atau supositoria sisipan adalah supositoria vaginal yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai, atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.
Menurut FI IV, supositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut atau dapat bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi memiliki bobot 5 g. supositoria dengan bahan dasar dasar gelatin tergliserinasi (70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin, dan 10 bagian air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu di bawah 35̊C.
3.                  Supositoria uretra (bacilla, bougies) digunakan lewat uretra, berbentuk batang dengan panjang7-14 cm.
Keuntungan supositoria
Keuntungan penggunaan obat dalam bentuk supositoria disbanding per oral, yaitu:
1.                  Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
2.                  Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.
3.                  Obat dapat masuk langsung ke dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunssn obat per oral.
4.                  Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Tujuan penggunaan obat bentuk supositoria
1.                  Supositoria dipakai untuk pengobatan lkal, bsik di dalam rectum, vagina, atau uretra, seperti pada penyakit haemorroid/wasir/ambieien, dan infeksi lainnya.
2.                  Cara rektal juga digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum.
3.                  Jika penggunaan obat secara oral tidak memungkinkan, misalnya pada pasien yang mudah muntah atau tidak sadarkan diri.
4.                  Aksi kerja awal akan cepat diperoleh, karena obat diabsorpsi melalui mukosa rectum dan langsung masuk ke dalam sirkulasi darah.
5.                  Agar terhindar dari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati.
Faktor-faktor yang memengaruhi absorpsi obat per rektal
Faktor fisiologis
Rectum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas dapar rendah. Epitel rectum sifatnya berlipoid (berlemak) maka diutamakan permeabel terhadap obat yang tidak terionisasi (obat yang mudah larut dalam lemak).
Faktor fisika-kimia obat dan basis
1.                  Kelarutan obat: obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat terabsorpsi daripada obat yang larut dalam air.
2.                  Kadar obat dalam basis: jika kadar obat makin besar, absorpsi obat semakin cepat.
3.                  Ukuran partikel: ukuran partikel obat akan memengaruhi kecepatan larutnya obat ke cairan rektum.
4.                  Basis supositoria: obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak akan segera dilepaskan ke cairan rectum jika basis dapat segera terlepas setelah masuk ke dalam rectum; obat segera diabsorpsi dan aksi kerja awal obat akan segera muncul. Jika obat larut dalam air dan terdapat dalam basis larut air, aksi kerja awal obat akan segera muncul jika basis tadi cepat larut dalam air.
Bahan dasar supositoria
Bahan dasar supositoria adalah oleum cacao (lemak coklat), gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran PEG dengan berbagai bobot molekul, dan ester asam lemak PEG. Bahan dasar lain seperti surfaktan nonionic dapat digunakan, misalnya ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat.
Bahan dasar supositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai berikut.
1.                  Padat pada suhu kamar sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau dicetak, tetapi akan melunak pada suhu rectum dan dapat bercampur dengan cairan tubuh.
2.                  Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
3.                  Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
4.                  Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, dan bau serta pemisahan obat.
5.                  Kadar air mencukupi.
6.                  Untuk basis lemak maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan harus diketahui jelas.
Penggolongan bahan dasar supositoria
1.                  Bahan dasar berlemak: oleum cacao (lemak coklat).
2.                  Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air: gliserin-gelatin, polietilen glikol (PEG).
3.                  Bahan dasar lain: pembentuk emulsi A/M. Misalnya campuran tween 61-85% dengan gliserin laurat 15%.
Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat (oleum cacao)
1.                  Merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearate, asam palmitat, berwarna putih kekuningan; padat, berbau seperti coklat, dan meleleh pada suhu 31̊ - 34̊ C.
2.                  Karena mudah berbau tengik, harus disimpan dalam wadah atau tempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya.
3.                  Oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Di atas titik leburnya, oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti Kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.
Bentuk-bentuk Kristal oleum cacao tersebut adalah:
a.                   Bentuk α (alfa): terjadi jika lelehan oleum cacao tadi didinginkan dengan segera pada 0̊ C dan bentuk ini memiliki titik lebur 24̊ C (menurut literature lain 22̊ C).
b.                  Bentuk β (beta): terjadi jika lelehan oleum cacao tidak diaduk-aduk pada suhu 18̊ - 23̊ C dan bentuk ini memiliki titik lebur 28̊ - 31̊ C.
c.                   Bentuk β stabil (beta stabil): terjadi akibat perubahan bentuk secara perlahan-lahan disertai kontraksi volume dan bentuk ini mempunyai titik lebur 34̊ - 35̊ C (menurut literature lain 34,5̊ C).
d.                  Bentuk γ (gamma): terjadi dari pendinginan lelehan oleum cacao yang sudah dingin (20̊ C) dan bentuk ini memiliki titik lebur 18̊ C.
4.                  Untuk menghindari bentuk-bentuk Kristal tidak stabil di atas dapat dilakukan dengan cara:
a.                   Oleum cacao tidak dilelehkan seluruhnya, cukup dua per tiganya saja yang dilelehkan.
b.                  Penambahan sejumlah kecil bentuk Kristal stabil ke dalam lelehan oleum cacao untuk mempercepat perubahan bentuk tidak stabil menjadi bentuk stabil.
c.                   Pembekuan lelehan selama beberapa jam atau beberapa hari.
5.                  Lemak coklat merupakan rigliserida, berwarna kekuningan, memiliki bau yang khas, dan bersifat polimorf (mempunyai banyak bentuk kristal). Jika dipanaskan, pada suhu sekitar 30̊ C akan mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 34̊ - 35̊ C, sedangkan pada suhu dibawah 30̊ C berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencairsempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti Kristal stabil yang berguna untuk memadat.
6.                  Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar oleum cacao sebaiknya dihindari karena:
a.                   Menyebabkan reaksi antara obat-obat di dalam supositoria.
b.                  Mempercepat tengiknya oleum cacao.
c.                   Jika airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat keluar dari supositoria.
7.                  Keburukan oleum cacao sebagai bahan dasar supositoria.
a.                   Meleleh pada udara yang panas.
b.                  Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama.
c.                   Titik leburnya dapat turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu.
d.                  Adanya sifat polimorfisme.
e.                   Sering bocor (keluar dari rectum karena mencair) selama pemakaian.
f.                   Tidak dapat bercampur pada cairan sekresi.
Akibat beberapa keburukan oleum cacao tersebut, dicari pengganti oleum cacao sebagai bahan dasar supositoria, yaitu:
1.                  Campuran asam oleat dengan asam stearate dalam perbandingan yang dapat diatur.
2.                  Campuran setil alcohol dalam oleum yang dapat larut dalam perbandingan = 17 : 83
3.                  Oleum cacao sintesis: coa buta, supositol.

Supositoria dengan bahan dasar PEG
a.                   Mempunyai titik lebur 35̊ - 63̊ C.
b.                  Tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh.
c.                   Formula yang dipakai:
·                     Bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96% (75%)
·                     Bahan dasar berair: PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua + obat 20%.
d.                  Keuntungan:
·                     Tidak mengiritasi atau merangsang.
·                     Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan dengan oleum cacao.
·                     Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak melelh pada suhu tubuh.
e.                   Kerugian:
·                     Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga terjadi rasa yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan supositoria  ke dalam air sebelum digunakan. Pada etiket supositoria ini harus tertera petunjuk “Basahi dengan air sebelum digunakan”.
·                     Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.
f.                   PEG merupakan etilen glikol terpolimerasi dengan bobot molekul antara 300-6000. Dalam perdagangan terdapat PEG 400 (carbowax 400), PEG 1000 (carbowax 1000), PEG 1500 (carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000), PEG 6000 (carbowax 6000). PEG dibawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di atas 1000 berbentuk padat lunak seperti malam.
g.                  PEG sesuai untuk obat antiseptic. Jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionic daripada nonionic agar diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun bentuk nonionic dapat dilepaskan dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air seperti gelatin tergliserinasi atau PEG, tetapi bentuk ini cenderung sangat lambat larut sehingga dapat menghambat pelepasan obat.
h.                  Pembuatan supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan supositoria dengan bahan dasar lemak coklat.
Supositoria dengan bahan dasar gelatin
a.                   Dapat digunakan sebagai bahan dasar supositoria vaginal.
b.                  Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut dalam cairan sekresi tubuh.
c.                   Perlu penambahn pengawet (nipagin) karena bahan dasar ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
d.                  Penyimpanan harus di tempat yang dingin.
e.                   Bahan dasar ini dapat juga digunakan untuk pembuatan supositoria uretra dengan formula: gelatin 20, gliserin 60 dan aqua yang mengandung obat 20.
f.                   Kebaikan:
Diharapkan dapat memberikan efek yang cukup lama, lebih lambat melunak, dan lebih mudah mencampur dengan cairan tubuh jika dibandingka dengan oleum cacao.
g.                  Keburukan:
·                     Cenderung menyerap uap air karena sifat gliserinyang higroskopis yang dapat menyebabkan dehidrasi atau iritasi jaringan.
·                     Memerlukan tempat untuk melindungi dari udara lembab agar bentuk dan konsistensinya terjaga.
Bahan dasar lainnya
a.                   Bersifat seperti lemak yang larut dalam air atau bercampur dengan air, beberapa di antaranya membentuk emulsi tipe A/M.
b.                  Formulasinya: Tween 61-85% dan gliserin laurat 15%.
·                     Bahan dasar ini dapat menahan air/larutan berair.
·                     Bobot supositoria 2,5 g.
Metode pembuatan supositoria
1.                  Dengan tangan
Pembuatan dengan tangan hanya dapat dikerjakan untuk supositoria yang menggunakan bahan dasar oleum cacao berskla kecil, dan jika bahan obat tidak tahan terhadap pemanasan. Metode ini kurang cocok untuk iklim panas.
2.                  Dengan mencetak hasil leburan
Catakan harus dibasahi lebih dahulu dengan paraffin cair bagi yang memakai bahan dasar gliserin-gelatin, tetapi untuk oleum cacao dan PEG tidak dibasahi karena akan mengerut pada proses pendinginan dan mudah dilepas dari cetakan.
3.                  Dengan kompresi
Pada metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan supositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500-6000 supositoria/jam.

Pembuatan supositoria secara umum
Bahan dasar supositoria yang digunakan dipilih agar melelh pada suhu tubuh atau dapat larut dalm cairan rectum. Obat diusahakan agar larut dalam bahan dasar, jika perlu dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan dasar, harus dibuat serbuk halus. Setelah campuan obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan ke dalam cetakan supositoria kemudian didinginkan. Cetakan tersebu terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain, namun ada juga yang dibuat dari plastic. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan supositoria. Untuk mencetak bacilla dapat digunakan tabung gelas atau gulungan kertas. Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, supositoria harus dibuat berlebih (± 10 %), dan sebelum digunakan, cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan paraffin cair atau menyak lemak, atau spiritus saponatus (soft soap liniment). Namun, spiritus saponatus tidak boleh digunakan untuk supositoria yang mengandung garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan oleum recini dalam etanol. Khusus untuk supositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween bahan pelicin cetakan tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga mudah dilepas dari cetakan pada proses pendinginan.
Pengemasan supositoria
1.                  Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap supositoria terpisah, tidak mudah hancur, atau meleleh.
2.                  Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil atau strip plastic sebanyak 6 sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus.
3.                  Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk.
Pemeriksaan mutu supositoria
Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut.
1.                  Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya.
2.                  Uji terhadap titik leburnya, terutama jika menggunakan bahan dasar oleum cacao.
3.                  Uji kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan.
4.                  Uji waktu hancur, untuk PEG 1000 15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit.
5.                  Uji homogenitas.
Contoh obat supositoria
Kaltrofen supositoria, Profeid supositoria, Ketoprofen supositoria, Dulcolax supositoria, Profiretrik supositoria, Stesolid supositoria, Boraginol supositoria, Tromos supositoria, Propis supositoria, Dumin supositoria.